Kamis, 01 Oktober 2015

Etika rekayasa



Pengertian Etika
 
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Untuk itu perlu kiranya bagi kita mengetahui tentang pengertian etika serta macam-macam etika dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Dan yang kedua adalah Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
Pesan Sponsor

Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
- Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
- Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
- Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika,
Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.

Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:
• Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right)
• Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions)
• Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual)
• Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)
Macam-macam Etika
Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.
Pengertian Etika dan Peranannya

Sebelum lebih mendalami makna atau pengertian dari etika, saya akan memberikan contoh kasus yang berhubungan dengan etika dan mahasiswa. Peristiwa ini terjadi di Makasar, pelaku dari peristiwa ini adalah mahasiswa UMI (Universitas Muslim Indonesia) yang pada saat itu mengenakan jas almamater berwarna hijau sedang berdemonstrasi. Para mahasiswa UMI tadi ramai-ramai memukuli salah seorang professor yang saat itu dalam kondisi sakit hendak diantar ke rumah sakit, hanya kerena anak beliau hendak memindahkan pagar penghalang jalan utama karena hendak buru-buru mengantar sang professor ke rumah sakit. Memalukan! Mungkin itu yang Anda katakan ketika mengetahui peristiwa yang melibatkan para mahasiswa ini. Dimanakah etika mereka semua? Apakah mereka berpikir apakah dampak yang akan mereka terima setelah mereka menganiaya perofessor itu?.

Para mahasiswa itu mengatasnamakan demokrasi dalam melakukan tindakan itu, tapi apakah kebebasan berdemokrasi tidak mengindahkan makna dan peranan etika?.

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Jadi, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika tidak sama dengan etiket, “Etika” berarti “moral” dan “Etiket” berarti “sopan santun”.

Etika berkaitan dengan nilai, norma, dan moral. Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai dan pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.

Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan-dambaan dan keharusan. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan yaitu:





 1. Nilai-nilai kenikmatan

Dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.

2. Nilai-nilai kehidupan

Dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi kehidupan misalnya kesehatan, kesegaran jasmani, dan kesejahteraan umum.

3. Nilai-nilai kejiwaan

Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Misalnya nilai keindahan, kebenaran maupun lingkungan.

4. Nilai-nilai kerohanian

Dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci. Misalnya nilai-nilai pribadi. Ada empat macam nilai-nilai kerohanian, yaitu:

a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.

b. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada perasaan manusia.

c. Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak manusia.

d. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Jadi norma sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia. Antara norma dan etika memiliki hubungan yang sangat erat yaitu etika sebagai ilmu pengetahuan yang membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.

Etika memiliki peranan atau fungsi diantaranya yaitu:

1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia

2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa

3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.

4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.

5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.


PENTINGNYA ETOS KERJA PEGAWAI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN INDONESIA
 










Disusun oleh
Supriadi.s
K.10581 1823 12

Jurusan teknik sipil Pengairan
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makassar 2015


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Pentingnya Etos Kerja Pegawai Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di Indonesia”. Adapun untuk penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Administrasi Negara.
         Sebagai umat muslim harus yakin bahwa berusaha dan bekerja itu merupakan kewajiban dalam hidupnya, karena dalam bekerja terdapat tujuan mulia, manfaat dan hikmah yang banyak. Seorang muslim hendaknya sadar terhadap persoalan dunia yang dihadapinya kini, hari esok, dan hari akhirat kelak. Untuk itu perlu memahami kunci sukses menjalani kehidupan ini dengan berfikir cerdas, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.
           Makalah ini bukan karya yang sempurna berangkat dari kami sendiri yang selaku manusia yang tidak luput dari kesalahan karena kesempurnaan hanya milik Allah swt. Atas kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya kami sebagai penulis sangat mengharapkan saran beserta kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Terakhir semoga makalah ini biasa memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian. Amin
                                                               
                                      
Makassar,  januari  2013

                                                                                                                             Penulis
DAFTAR ISI


Kata pengantar          …………………………………………………. 2
Daftar isi                    …………………………………………………. 3
BAB I                            …………………………………………………  4
Pendahuluan
A.    Latar belakang ……………………………………….  4
B.     Rumusan masalah…………………………………….. 6
C.     Tujuan penulisan……………………………………… 6
BAB II                     …………………………………………………. 7
Pembahasan
A.    Definisi etos kerja ……………………………………...  7
B.   Factor factor yang mempengaruhi etos kerja …………  8
C.   Cara menumbuhkan etos kerja ………………………… 12
                                                                                        
BAB III                    ………………………………………………… 17
Penutup
A.    Kesimpulan …………………………………………….. 17
B.     Penutup ………………………………………………… 17












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa, selama dia mampu berbuat untuk membanting tulang, memelas keringat dan memutar otak. Bekerja bukan sekedar memperoleh penghasilan bagi kepentingan keluarga, namun terkait mengejar “status sosial”. Pada alam pembangunan, setiap orang mempunyai kepandaian dan pekerjaan menurut kemampuan dan bidang yang disenangi, baik di lingkungan pemerintah sebagai pengabdi negara dan masyarakat. Bekerja pada hakikatnya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga bagi kepentingan yang memberikan manfaat pihak lain.
Bekerja sebenarnya tidak hanya sekedar mengejar kekayaan menuruti hawa nafsu, akan tetapi juga harus dilandasi idealisme. Antara bekerja dan idealisme, tentu tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling memberikan semangat dan nafas untuk menciptakan suasana lebih positif. Jika salah satu ditinggalkan sangat naif. Di lain pihak, bekerja merupakan proses belajar sepanjang masa. Menurut Surya (2003: 88-89) kata “etos”bersumber dari pengertian yang sama dengan etika, yaitu sumber-sumber nilai yang dijadikan rujukan dalam pemilihan dan keputusan prilaku. Etos kerja lebih merujuk kepada kualitas kepribadian pekerja yang tercermin melalui unjuk kerja secara utuh dalam berbagai dimensi kehidupannya. Dengan demikian etos kerja lebih merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan prilaku pekerja ke arah terwujudnya kualitas kerja yang ideal. Kualitas unjuk kerja dan hasil kerja banyak ditentukan oleh kualitas etos kerja ini. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung beberapa unsur antara lain : (1) Disiplin kerja, (2) Sikap terhadap pekerjaan, (3) Kebiasaan-kebiasaan bekerja. Dengan disiplin kerja, seorang pekerja akan selalu bekerja dalam pola-pola yang konsisten untuk melakukan dengan baik sesuai dengan tuntutan dan kesanggupannya.
Etos kerja merupakan tuntutan internal untuk berprilaku etis dalam mewujudkan unjuk kerja yang baik dan produktif. Dengan etos kerja yang baik dan kuat sangat diharapkan. Seorang pekerja akan senantiasa melakukan pekerjaannya secara efektif dan produktif dalam kondisi pribadi yang sehat dan berkembang. Perwujudan unjuk kerja ini bersumber pada kualitas kompetensi aspek kpribadian yang mencakup aspek religi, intelektual, sosial, pribadi, fisik, moral, dan sebagainya. Hal itu dapat berarti bahwa mereka dipandang memiliki etos kerja yang tinggi, kuat dan memiliki keunggulan dalam kompetensi – kompetensi tersebut. Studi pendahuluan dilapangan menunjukkan bahwa sering kali ditemui para pegawai pergi kemana – mana dengan memakai seragam dinas dan pada waktu jam dinas. Jadi dengan demikian, etos kerja pegawai setidaknya dapat lebih dikembangkan dan terus ditingkatkan sehingga diharapkan mampu memberikan hasil kerja yang memuaskan terhadap masyarakat, daerah, dan negara.
Bangsa Indonesia sesungguhnya telah memiliki pijakan yang kuat untuk membina etos kerja yang menunjang kemajuan. Disamping sikap hidup yang religius, bangsa Indonesia mempunyai pancasila sebagai dasar – dasar nilai luhur yang tak pernah kering. Konsep – konsep yang serupa dengan dasar – dasar etika kerja yang telah pula kita miliki, seperti budi pekerti, gotong royong, dan pengadilan. Kini tinggal bagaimana kita memanfaatkan gagasan – gagasan spiritual tersebut kedalam gagasan – gagasan pembangunan. Pengalaman dan penghayatan budaya pancasila dan usaha untuk memasyarakatkannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kesadaran kritis karena dengan kesadaran kritis itulah ideologi dapat menjadi gejala kebudayaan yang bermakna. Tanpa kesadaran budaya kritis, pancasila akan menjadi tidak oprasional, akan menjadi kata – kata yang kehilangan dimensi aksinya, kata – kata yang terlepas dari perbuatan dan pengalaman. Maka dengan kesadaran kritis serta upaya – upaya untuk menerjemahkan makna yang terkandung dalam pancasila kedalam gagasan – gagasan pembangunan yang sesunguhnya, kita akan memperoleh dinamika dalam pemikiran maupun perbuatan. Tujuan pembangunan seperti yang terkandung dalam ungkapan “pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya” hendaknya tidak terhenti dalam refleksi verbal melainkan juga dalam aksi riil. Dan untuk melaksnakan aksi – aksi riil yang berkaitan langsung dengan kemajuan dan pembangunan dalam segala aspeknya, penyempurnaan dan pengembangan etos kerja para pejabat publik haruslah dilaksanakan tanpa henti. Bagi seorang pegawai negeri atau pejabat pemerintah, etos kerja yang baik bukan saja akan menghasilkan sikap – sikap produktif seperti kerja keras, jujur, berperhitungan dan hemat, tetapi juga akan menciptakan mekanisme  kendali diri (inner check) guna menghadapi berbagai persoalan dalam tugas kedinasan maupun mengatasi godaan dan iming – iming dari luar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana definisi etos kerja ?
2.      Faktor – faktor apa yang mempengaruhi etos kerja pegawai?
3.      Bagaimana cara menumbuhkan etos kerja pegawai?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mendeskripsikan pengertian etos kerja
2.      Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi etos kerja pegawai
3.      Untuk mengetahui cara menumbuhkan etos kerja pegawai






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa yunani ethos yakni karakter, cara hidup, kebiasaan seseorang, motivasi atau tujuan moral seseorang serta pandangan dunia mereka, yakni gambaran, cara bertindak ataupun gagasan yang paling komprehensif mengenai tatanan. Dengan kata lain etos adalah aspek evaluatif  sebagai sikap mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam kehidupannya.

Adapun definisi etos kerja menurut beberapa ahli :
1.      Menurut Geertz, Etos kerja adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup. Sikap disini digambarkan sebagai prinsip masing-masing individu yang sudah menjadi keyakinannya dalam mengambil keputusan .
2.      Menurut Usman Pelly, Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja. Dapat dilihat dari pernyataan bahwa etos kerja mempunyai dasar dari nilai budaya itulah yang membentuk etos kerja masing – masing pribadi.
3.      Menurut Sinamo, Etos kerja adalah sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang dijalani oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudkan melalui perilaku kerja mereka secara khas.
4.      Menurut Toto Tasmara, Etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik.
5.      Menurut  Mochtar Lubis, Etos kerja adalah sikap terhadap waktu, kerja dan masa depan yang kemudian membentuk sehimpunan perilaku khas individu/organisasi.

B.     Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja Pegawai
                          Faktor ialah hal yang mendorng setiap individu untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini jika dikaitkan  dengan etos kerja maka dapat diartikan bahwa hal yang melatarbelakangi setiap pegawai untuk melakukan sesuatu.
1.      Kepemimpinan
Pemimpin atau manajer bertugas dalam memotivasi pekerjanya agar memiliki etos kerja dan akhirnya bisa berpengaruh terhadap produktivitas dari sebuah perusahaan atau lembaga kerja lainnya. Pemimpin harus memiliki sensitifitas dalam melihat karakteristik karyawannya sehingga ia mampu menemukan gaya kepemimpinan yang tepat sehingga karyawan akan ´segan´ terhadapnya.
2.  Motivasi.
Motivasi bisa berpengaruh untuk meningkatkan etos kerja, motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat   mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abraham H. Maslow yang dikutip oleh Sondang ( 2007:287 ) “bahwa manusia itu mempunyai lima tingkat atau hirarki  kebutuhan”. Yang pertama kebutuhan fisiologika, seperti sandang, pangan, dan papan, yang kedua kebutuhan keamanan, keamanan disini tidak termaksud fisik saja, akan tetapi lebih luas seperti mental, sedangkan yang ketiga kebutuhan sosial, kebutuhan ini lebih cendrung kehubungan berintraksi, kebutuhan keempat yaitu kebutuhan prestise  yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol - simbol status. Sedangkan yang terakhir aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Kelima kebutuhan ini bisa membentuk etos kerja pada setiap pegawai, dimana ketika seluruh kebutuhannya dipenuhi diharapkan bahwa setiap pegawai mempunyai pandangan cara bekerja yang baik, karena secara tidak langsung bahwa motivasi dapat menimbulkan peningkatan prestasi kerja,
3.    Penilaian Prestasi
Dengan adanya penilaian prestasi kerja berarti para bawahan sudah mendapat  perhatian dari atasannya sehingga mendorong mereka untuk bergairah bekerja, penilaian harus dilakukan secara objektif dan jujur serta ada tindak lanjutnya. Penilaian juga dapat diartikan  suatu proses meletakkan nilai, penampilan, kualitas atau status dari bebrapa objek orang atau benda. Lebih lanjut Sondang P. Siagian (1999:224) berpendapat bahwa penilaian prestasi kerja yang baik sangat tergantung pada persiapan yang benar - benar matang, matang berarti memenuhi empat persyaratan, yang pertama keterkaitan langsung dengan pekerjaan, yang kedua praktis, yang ketiga  kejelasan standar dan  yang terakhir adanya kreteria yang objektif.
Adapun kegunaan penilaian menurut (Malayu S.P. Hasibuan, 2001:94), ia mengatakan bahwa:
a.  Sebagai dasar mengambil keputusan hal ini  digunakan untuk promosi, demosi,     pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa.
b. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya.
c.  Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan dalam perusahaan.
d.  Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan ke efektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, biaya pengawasan, kondisi kerja dan peralatan kerja.
e.   Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang berada dalam organisasi.
4. Peraturan Organisasi 
Peraturan pemerintah adalah dasar pelaksanaan kerja yang menyangkut tentang hubungan pokok-pokok, hubungan kerja, serta bagaimana melakukan pekerjaan itu, jadi apabila peraturan itu tidak terumus dengan baik maka hal ini
akan menjadi celah bagi setiap karyawan untuk melakukan kelalaian dan melepaskan diri dari tanggung jawab, dan apabila kelalaian ini dilakukan secara berulang-ulang maka sudah dapat dipastikan bahwa karyawan tidak memiliki etos kerja yang baik.
5.   Pengaruh Antar Sesama Rekan Kerja
Dalam hal pergaulan antara sesama pegawai dalam sebuah organisasi tentu saja akan memberikan dampak yang positif apabila terjadi kecocokan, sehingga dari kecocokan tersebut akan timbul kegairahan kerja yang tinggi, namun jika ketidak cocokan terjadi maka akan menimbulkan suatu sikap yang merugikan, yaitu sifat lesu dan menjemukan dan hal ini akan berdampak bagi prestasi kerja mereka dalam melayani masyarakat.
6.      Pengawasan
Pengawasan merupakan proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan   Pengawasan juga bisa diartikan sebagai segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.
7.     Pembinaan
Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, antara lain dinyatakan bahwa kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pelakasanaan pembanggunan nasional sangat tergantung pada kemampuan aparatur negara, khususnya Pegawai Negeri Sipil. Karena itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, untuk mewujudkan masyarakat yang taat hukum, berperadapan modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang  Dasar 1945. Untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna, diperlukan sistem pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang mampu memberikan keseimbangan terjaminnya hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil, dengan misi tiap satuan organisasi pemerintah untuk memotivasi kinerja Pegawai Negeri Sipil perlu disusun pola karier yang memungkinkan potensi Pegawai Negeri Sipil dikembangkan seoptimal mungkin dalam rangka misi organisasi pemerintah yang akhirnya pencapaian tujuan nasional dapat dilaksanakan secara lebih efektif.
    Pembinaan adalah suatu “komando" untuk melihat bahwa kepentingan individu tidak mengganggu kepentingan umum, akan tetapi melindungi kepentingan umum dan  akan menjamin masing-masing unit memiliki pemimpin yang kompeten dan energik. Keberhasilan kesatuan tersebut dalam manajemen modern disebut pembinaan atau directing.  Fungsi pembinaan adalah untuk membuat agar karyawan melakukan tugas sesuai dengan apa yang diinginkan untuk mencapai tujuan organisasi dan meningkatkan semangat korps.
   Adapun tujuan pembinaan dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut :
1.   Mengkoordinir kegiatan staf pelaksana, agar kegiatan yang beragam terkoordinir pada satu arah atau satu tujuan.
2.  Memelihara hubungan atau komunikasi interpersonal antara pimpinan dan staf.. Melalui pembinaan yang diberikan atasan dapat menyalurkan ide-idenya sedemikian rupa sehingga staf dapat memahami dengan tepat apa yang diharapkan dari dirinya.
3.   Mendidik atau memberikan tambahan pengetahuan atau pengalaman bagi staf.
4.      Pengawasan atau pengendalian, pembinaan dimaksudkan agar tidak terjadi penyimpangan dan diarahkan pada tujuan organisasi.
C.    Cara Menumbuhkan Etos Kerja  
1.      Menumbuhkan sikap optimis
·         Mengembangkan semangat dalam diri
·         Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai
·         Motivasi diri untuk bekerja lebih maju
2.      Jadilah diri anda sendiri
·         Lepaskan impian
·         Railah cita – cita yang anda harapkan
3.      Keberanian untuk memulai
·         Jangan buang waktu dengan bermimpi
·         Jangan takut untuk gagal
·         Merubah kegagalan menjadi sukses
4.      Kerja dan waktu
·         Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)
·         Jangan cepat merasa puas
5.      Konsentrasi diri pada pekerjaan
·         Latihan berkonsentrasi
·         Perlunya beristirahat
6.   Bekerja adalah sebuah panggilan tuhan
Aspek Kecerdasan yang Perlu dibina dalam diri, untuk meningkatkan etos Kerja :
1.      Kesadaran  : keadaan mengerti akan pekerjaannya.
2.      Semangat  : keinginan untuk bekerja.
3.      Kemauan  : apa yang diusahakan atau keinginan, kehendak dalam bekerja.
4.      Komitmen : perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan (janji dalam bekerja).
5.      Inisiatif : usaha mula – mula, prakarsa dalam bekerja.
6.      Produktif : banyak menghasilkan sesuatu bagi perusahaan.
7.      Peningkatan : proses cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan, dan sebagainya.
8.      Wawasan : konsepsi atau cara pandang tentang bekerja.
                                Beberapa pedoman untuk bekerja lebih baik seperti adalah  yang disarankan oleh Paul Mali adalah
-          Selalu memiliki gagasan – gagasan yang lebih baik
-          Penyelesaian tugas yang lebih baik
-          Selalu memiliki saran dan perbaikan
-          Selalu berpikiran positif terhadap pekerjaannya
-          Dapat memotivasi dirinya melalui dorongan kedalam, memahami pekerjaannya dengan baik
-          Mampu bergaul dengan atasan maupun bawahan
-          Selalu bekerja dengan kecerdikan dan tidak sekedar bekerja keras
-          Selalu cepat mempelajari sesuatu yang baru
Bila beberapa pedoman kerja untuk membangkitkan etos kerja ini dirangkum, ada dua pengertian pokok yang perlu diupayakan oleh setiap pejabat atau pegawai pemerintah yaitu pengembangan diri (self – development) dan peningkatan diri (self – improvement). Pengembangan diri merupakan suatu proses pendidikan diri sendiri yang dilakukan seseorang secara sendiri sedangkan peningkatan diri merupakan usaha untuk selalu memperbaiki perilaku sehingga sesuai dengan nilai – nilai moral dan etika yang berlaku dibidan administrasi pemerintahan. Selain itu etos kerja yang baik mensyaratkan rasa cinta kepada pekerjaan. Tebal tipisnya kecintaan kepada pekerjaan akan menentukan apakah seorang pejabat diliputi oleh semangat mengambil ataukah semangat memberi. Sudah barang tentu yang dikehendaki oleh etika adalah semangat memberi sebanyak – banyaknya kepada organisasi maupun kepada masyarakat umum.
Delapan Etos kerja yang perlu dikembangkan menurut Jansen H Sinamo yaitu:
1. Kerja adalah Rahmat
Rahmat adalah pemberian Tuhan yang baik, Kerja adalah rahmat berarti pengakuan bahwa Tuhanlah yang memberi pekerjaan, karena itu harus disyukuri dan direspon dengan rasa terimakasih kepada Tuhan. Karena itu kita bekerja dengan bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan yang telah memberi rahmat setiap hari. 
2.   Kerja adalah Amanah
Amanah adalah titipan Tuhan yang dipercayakan kepada pekerja, kepada manusia. Sebagai penerima amanah, maka setiap pekerja berkewajiban menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Pemberian titipan Tuhan, berarti pekerja diberi kepercayaan oleh Tuhan, karena itu sebagai orang yang dipercayai Tuhan, pekerja harus melaksanakan amanah dengan bertanggungjawab, dengan integritas. karena itu kita bekerja dengan penuh tanggung jawab sebagai respon terhadap titipan Tuhan yang Maha Baik. 
3.   Kerja adalah Panggilan Suci
Panggilan Suci berarti panggilan dari Yang Kuasa dan sesuatu yang tidak bercela. Orang yang terpanggil seyogianya mensyukuri panggilan sebagai utusan Tuhan. Karena itu bekerja adalah menyampaikan dan menyebarluaskan pesan (messages) dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka pekerja dapat juga dimaknai sebagai Messengger of God. Tugas suci sebagai pekerja adalah menyebarluaskan kebenaran melalui pekerjaan.
4.   Kerja adalah Aktualisasi
Aktualisasi adalah untuk mewujudkan keberadaan yang sesungguhnya, secara tegasnya adalah untuk mewujudkan dan megubah potensi menjadi kompetensi yang bermuara pada hasil, output dan outcomes. Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi segala talenta, bakat dan untuk menjadi produk yang bermanfaat. Untuk itu perlu usaha dan upaya yang sungguh-sungguh supaya potensi, bakat dan talenta tidak terkubur daam diri setiap pekerja, sebaliknya potensi dan bakat itu menjadi buah yang ranum yang akan dinikmati oleh semua orang.
5.   Kerja adalah Ibadah
Melakukan ibadah tidak hanya di rumah ibadah atau di tempat-tempat acara ibadah. Ibadah yang sangat kontekstual justru dilakukan dalam pekerjaan. Dengan bekerja kita melakukan ibadah, sudah tentu kerja yang ibadah adalah kerja yang dilakukan dengan tujuan memuliakan Tuhan dan membantu sesama manusia. Karena itu setiap pekerja semestinya mewujudkan pekerjaan dan tugasnya sebagai ibadah kepada Tuhan. Bekerja dengan totalitas pengabdian kepada Tuhan itulah ibadah yang sesungguhnya. Bekerja sebagai ibadah dengan memuliakan Tuhan sebagai hubungan vertikal, bekerja sebagai ibadah dengan hubungan horizontal, adalah berbuat kebaikan dan kebajikan kepada manusia.  
6.   Kerja adalah Seni
Semua orang menyenangi keindahan, menyukai harmoni. Keindahan dan harmoni adalah seni, maka kerja sesungguhnya juga adalah seni. Bekerja adalah mengkesplorasi semua kreatifitas untuk menciptakan keindahan dan harmoni. Meyakini, memahami dan melaksanakan kerja sebagai seni akan membuat setiap pekerja melakukan kerja dengan sepenuh cinta. Ia mampu menghasilkan produk-produk yang indah dan menawn. Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi semua kreativitas manusia menjadi sesuatu yang mempunyai  cinta dan keindahan.  
7.   Kerja adalah Kehormatan
Menerima hasil atau upah dari pekerjaan adalah kehormatan, karena bekerja adalah penghargaan kepada kemampuan dan keunggulan seseorang. Seseorang menerima pekerjaan adalah seseorang yang menerima kehormatan. Orang yang menerima kehoramatan harus menjaga kehormatan itu dengan segala upaya yang bisa dilakukan. Jadi kalau anda ditugaskan untuk melakukan sesuatu, itu artinya ada diberikan kehormatan untuk menyelesaikannya. Karena itu bekerja haruslah dilakukan dengan segala ketekunan.
8.   Kerja adalah Pelayanan
Melayani adalah memberikan yang terbaik kepada kastemer, jadi seorang yang bekerja melayani orang lain, melayani kastemer adalah memberikan kualitas terbaik. Pekerja yang demikian adalah orang-rang yang mulia.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Apabila penggalian dasar – dasar etos kerja dilaksanakan secara konsisten, maka dapat diharapkan bahwa diantara para pejabat publik akan tumbuh semangat humanisme untuk bekerja keras bagi masyarakat luas dengan kesetiaan kepada negara yang utuh. Dalam keadaan seperti itu setiap perencanaan pembangunan beserta implementasinya akan berjalan sesuai keinginan bersama. Lebih dari itu para pejabat atau pegawai akan mendapatkan kepuasan yang meksimal dari pekerjaan mereka karena dalam bekerja mereka tidak pernah setengah – setengah. Etos kerja menjadi kekuatan spiritual bagi segala macam pekerjaan dalam birokrasi pemerintahan. Kekuatan penggerak itu bersifat otonom dan menjadi semacam ideologi birokrasi sehingga segenap aparat akan bekerja sungguh – sungguh tanpa dorongan dari luar. Seluruh sumber  daya negara yang berasal dari rakyat akan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama dan kemakmuran bersama.

B.     Penutup
1.      Setiap pegawai harus memiliki etos kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.
2.      Setiap instansi atau perusahaan harus memperhatikan hal – hal yang dapat meningkatkan etos kerja para pegawainya.




 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar