TEORI IRIGASI II
Disusun oleh
Supriadi.s
SUPRIADI.S
K.10581 1823 12
BAB 1
PENDAHULUAN
1. TEORI UMUM
1.1.Pengertian Bangunan Bagi
Apabila
air irigasi dibagi dari saluran primer, sekunder maka akan dibuat bangunan lagi
, bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang teliti mengukur dan mengatur air
yang mengalir kebagian saluran. Salah satu dari pintu-pintu bangunan bagi
berfungsi sebagai pintu pengatur muka air sedangkan sadap lainnya mengatur
debit.
Pada perencanaan suatu saluran kita
mengenal adanya istilah bangunan bagi yaitu bangunan pada saluran
induk/sekunder yang berfungsi untuk mengatur air dari saluran induk kesaluran
sekunder. Selain bangunan bagi ada juga bangunan yang dinamakan :
- Bangunan
bagi sadap: yaitu bangunan pada saluran induk/sekunder yang mengatur pembagian
air dari saluran sekunder / primer ke saluran tersier dan alat ukurnya adalah
romyjn.
- Bangunan sadap yaitu : Bangunan pada saluran
induk/primer yang mengatur pembagian saluran sekunder dan tersier, alat ukurnya umumnya pintu sorong dan romyjn.
a. Syarat-syarat bangunan bagi sadap
Dalam merencanakan sebuah bangunan bagi sadap, adapun
syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu antara lain :
1.
Setiap cabang membagi air hanya kepada satu petak
apakah sekunder atau tersier.
2.
Setiap cabang dilengkapi dengan pintu-pintu pengatur
a;liran terutama untuk cabang tersier.
3.
Bangunan diusahakan tidak terbuat pada timbunan karena hal ini dapat mengakibatkan retaknya
bangunan atau kebocoran.
4.
Diusahakan pada luas saluran dan luas supaya pembagian
air dapat dilakukan dengan baik dan menghindari mengendapan yang berlebihan
pada bagian dalam tikungan.
1.2.Pengertian Siphon
Siphon
adalah salah satu macam bangunan pelintas yang membawa air melewati bawah saluran lain (biasanya) atau
jalan. Pada sipon air mengalir karena tekanan, karena sipon hanya memiliki
sedikit fleksibilitas dalam mengangkut lebih banyak air dari pada yang
direncana, bangunan ini tidak akan dipakai dalam pembuang. Walaupun debit tidak
diatur, ada kemungkinan bahwa pembuang mengangkut lebih banyak benda-benda
hanyut.
Agar
siphon tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang masuk secara
kebetulan, maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi penyaring (transhrack).
Di
saluran-saluran yang lebih besar, siphon dibuat dengan pipa rangkap (double
barrels) guna menghindari kehilangan yang lebih besar didalam siphon jika
bangunan itu tidak mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga
menguntungkan dari segi pemeliharaan dan mengurangi biaya pelaksanaan bangunan.

Ukuran
diameter minimum pada siphon adalah 0.60 m untuk memungkinkan pembebanan dan
inspeksi.
Bahan
yang digunakan dalam pembuatan siphon terdiri dari campuran semen, pasir,
kerikil (batu pecah). Ada yang tidak perlu bertulang apabila diameternya kurang
dari Ø 1.00 m. Ada pula yang diberi
tulangan biasanya untuk diameter lebih dari
Ø 1.00 m.
Adapun
kegunaan pada Siphon yaitu sebagai bangunan pelintas berguna untuk membawa air
melewati / melintasi bawah saluran lain (biasanya pembuang atau sungai). Pada
siphon, air mengalir karena adanya tekanan.
1.2.1 Kecepatan
aliran
Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam
sipon harus tinggi. Tetapi, kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya
kehilangan tinggi energi. Oleh sebab itu keseimbangan antara kecepatan yang
tinggi dan kehilangan tinggi energi yang diizinkan harus tetap dijaga.
Kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali lebih tinggi dari kecepatan normal
aliran dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari 1 m/dt, lebih disukai lagi
kalau tidak kurang dari 1,5 m/dt Kecepatan maksimum sebaiknya tidak melebihi 3
m/dt.
a. Cara Pelaksanan Dalam Pemasangan Siphon
Pada berikut ini sampailah pada tujuan uraian kita, apa-apa yang perlu
kita laksanakan dan perhatikan sebaik-baiknya supaya tercapai pelaksanaan yang
baik dan sempurna.
Dalam pelaksanaannya ini perlu kita perhatikan hal berikut :
a.
Setelah pasti ditempat mana (areanya mau dipasang
siphon) dan lengkap dengan gambar-gambarnya (Ø dan elevasinya) maka kita
terapkan kelapangan.
b.
Kita tentukan dilapangan berdasarkan rencana tempatnya,
membuat patok-patok dari titik pusat (center line)-nya.
c.
Sesudah selesai patok-patok yang diperlukan yaitu titik
pusat dan elevasinya, maka dapat diteruskan kepada pekerjaan galian, yang
sesuai dengan lebar dan panjang siphon yang akan digunakan.
d.
Setelah selesai digali dicek kembali titik pusat dan
elevasinya yang kita perlukan oleh tenaga surveyor. Elevasinya yang kita
tentukan digambar biasanya adalah elevasi tinggi dari lantai sebelah dalam dari
siphon tersebut.
e.
Lantai kerja ini tergantung dari keadaan tanah dasar
dari tempat itu. Kalau tanahnya cukup baik, cukup dengan lapisan pasir tebal lk
10 cm.
Tanahnya kurang baik mungkin baru cukup dengan material lain umpamanya
dengan granular material / sirtu tebalnya tentu melihat keadaan, dan mungkin
pula perlu kombinasi dengan batu-batu besar ukuran 0.15 / 0.20 dengan lapisan
sirtu tadi diatasnya. Dan juga pada yempat yang lebih jelek kita harus memasang
lantai kerja dengan beton tumbuk dengan perbandingan : 1 semen : 3 pasir : 5
kerikil. ( beton kelas C ).
Jadi ini harus diteliti dari keadaan tanah dasar itu dengan
sebaik-baiknya sebelum kita menentukan sesuatu keputusan mana yang lebih tepat.
Lantai kerja ini dimaksudkan untuk mendapatkan lebih sempurna kestabilan
tanah dasar dan kedudukan siphon itu dapat rata sebagaimana yang diharapkan.
Selesai lantai kerja, kita mulai memasang siphonnya.
Yang perlu diperhatikan adalah :
Ø
Sewaktu menurunkan sihon kedalam galian
ketempatnya harus dengan hati-hati, untuk menghindari jangan sampai terjadi
retak-retak / kerusakan pada siphon tersebut sekecil mungkin.
Pemasangan harus rapi / lurus terutama bidang sebelah dalam harus rata
dan rapat.
Ø
Pada sambungannya yang diberi cincin / ring atau
selimut sambungan yang dikerjakan dengan baik, bahannya beton tumbuk atau batu
bata / batu kali yang diberi pasangan (mortar) 1 semen : 2 pasir.
Ø
Selesai pemasangan siphon berikut cincinnya dan
diteliti kembali panjangnya apakah telah sesuai dengan gambar rencana maka
sebaiknya teruskan mengerjakan pekerjaan kepala tembok (head wall)-nya.
Konstruksi dari head wall ini ialah beton kelas C atau beton kelas B (menurut
ketentuan spec).
Umpamanya, 1 semen : 3
pasir : 5 kerikil atau,
1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.
Ø
Sesudah itu baru kita urug kembali. Pengurugan
kembali ini yang perlu kita perhatikan adalah :
a.
Materialnya dipakai sebaiknya pasir atau sirtu
(granular material).
b.
Harus dipadatkan lapis demi lapis dan perlu disiram air
secukupnya. (Jika materialnya pasir / sirtu ).
c.
Pemadatannya harus dilaksanakan berselang-seling lapis
demi lapis tadi, sebelah menyebelahkan / kiri dan kanan. Hal ini perlu untuk
menjaga jangan terjadi pergeseran sewaktu pemadatannya.
d.
Perlu diingatkan sekali-kalijangan dibiarkan kenderaan
melewati siphon itu apabila penimbunan / urugan belum mencukupi ketinggian
minimum ( lk 0.60 m ).
e.
Sekiranya tidak ada perlengkapan khusus untuk itu,
dimana kendaraan harus lewat.
f.
Selesai head wall-nya dan pengurugan, ada lagi
pekerjaan berikutnya yang dinamai “sayapnya” (wing-wall). Konstruksinya dari
pasangan batu kali / pecah disebut juga stone masonry.
Pasangan batu ini diberi spesi ( mortar dengan campuran : 1 semen : 2
pasir
1.3.Macam-macam alat ukur yang dapat digunakan
pada alat perencanaan.
Dalam
perencanan, adapun alat ukur yangt digunakan antara lain :
-
Alat ukur romyjn
-
Alat ukur Sorong
-
Skot Balok
- Alat Ukur Romyjn
Pintu
romyjn adalah alat ukur ambang lebar yang biasa digerakkan untuk mengatur debit
di dalam jaringan saluran irigasi, agar dapat bergerak mercunya. Di buat dari
plat baja dan diatas dari pintu sorong, alat ini hubungkan dengan alat
pengangkat.
a. Tipe-Tipe Alat Ukur Romyjn

Sejak pengenalannya pada tahun
1932, pintu romyjn telah di buat dengan tiga bentuk mercu yaitu :
-
Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk
peraluhan penyempitan bulu.
-
Bentuk nyempitan bulu.
-
Bentuk mercu
miring ke atas 1 : 23 dan lingkaranmg tunggal sebagai peralihan penyempitan.
-
Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai
peralihan penyempitan.
b. Perencanaan Hidrolis
Persamaan antara tinggi dan debit pintu romen dengan mercu horizontal
dengan peralihan penyempitan lingkaran tunggal adalah sebagai berikut :
Q = Cd . Cv. 2/3. (2/3.g) 0.5 .bc.hc. 1.5
Dimana : Q = debit ( M 3/Det )
CD = Koefisien Debit
Cv =
Koefisien Kecepatan Datang
g =
Kecepatan Grafitasi
bc = Lebar
meja ( m )
hc = Tinggi
energi hulu diatas meja ( m )
Dimana : Koefisien
debit (CD) = 0,93 + 0,10 Hi/L
Dimana : Hi = hi
+ V1 2/2g
Hi = Tinggi energi diatas meja ( m )
V1= Kecepatan dihulu alat ukur ( m /det )
Koefisien
Kecepatan datang Cv di pakai untuk mengoreksi penggunaan hi dan buka Hi di dalam
bersamaan dengan tinggi energi debit.

Lebar standar untuk
plat ukur romyjn adalah = 0.50.0.75.1.00,1.25, dan 1.50m untuk harga-harga
standar ini semua diukur , kecuali satu type mempunyai panjang standar mercu
0,50 untuk mercu horisontal dan jari-jari 0,10 m untuk meja bronjong bulat 1
pintu lagi di tambahkan agar sesuai dengan bangunan sadap tersier dan debitnya
kurang dari 160 ltr/det lebar pintu = 0,50 m. Tapi mercu horisontalnya = 0,33
dan jari-jari = 0,07 m untuk ujung meja.
Besaran debit
yang dianjurkan untuk alat ukur romyjn standar
Lebar
( m )
|
Hi
max ( m )
|
Besar
debit ( m3/det )
|
0.50
|
0.33
|
0.000-0.160
|
0.50
|
0.50
|
0.030-0.300
|
0.75
|
0.50
|
0.040-0.400
|
1.00
|
0.50
|
0.050-0.600
|
1.25
|
0.50
|
0.070-0.750
|
1.50
|
0.50
|
0.080-0.900
|
2. Pintu
Sorong
Dilihat dari segi konstruksi, pintu sorong dengan bukaan
lebar biasanya dibuat dari kayu yang lebih murah untuk ukuran.
Adapun lebar standar untuk pintu pembukaan bawah
(underwice) adalah 0.50, 1.00, dan 1.25 m. kedua ukuran terakhir memerlukan dua
stang pengangkat.
a. Perencanaan Hidrolis
Rumus debit yang dipakai untuk pintu sorong adalah :
Q = K μ a b √ 2 g h1
Dimana : Q = Debit, m3/det
K = Faktor aliran tenggelam
μ
= Koefisien debit
a = bukaan
pintu, m
b
= Lebar pintu, m
g
= percepatan gravitasi, m/dt2 (
9.81 )
h1 = kedalaman air didepan pintu diatas
ambang, m
3. Pintu
Skot Balok
Dilihat dari segi konstruksi, pintu skot balok merupakan
peralatan yang sederhana. Balok-balok profil segi empat itu ditempatkan tegak
lurus terhadap potongan segi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga dalam
sponeng/alur yang lebih besar 0.03m sampai 0.05 m dari tebal balok-balok itu sendiri.
Dalam bangunan-bangunan saluran irigasi, dengan lebar bukaan pengontrol 2.0 m
atau lebih kecil lagi, profil-profil balok yang digunakan.
a. Perencanaan Hidrolis
Aliran pada skot balok dapat diperkirakan dengan menggunakan
persamaan tinggi debit berikut :
Q=Cd Cv 2/3 2/3g
b h1 1.5
Dimana
: Q = Debit, m3/det
Cd = Koefisien
Debit
Cv = Koefisien
kecepatan datang
G = percepatan
gravitasi,m/det2 (~9.8)
B = Lebar
normal,m
h1 =
Kedalam air di atas skot balok, m

Koefisien debit Cd untuk potongan segi empat dengan tepi hulu yang
tajamnya 90 derajat, sudah diketahui untuk nilai banding H1/L kurang dari 1,5
(lihat gambar 3.1). Untuk harga – harga H1/L yang lebih tinggi, pancaran air
yang melimpah bisa sama sekali terpisah dari mercu skot balok. Bila H1/L
menjadi lebih besar dari sekitar 1,5 maka pola alirannya akan menjadi tidak
mantap dan sangat sensitif terhadap “ketajaman” tepi skot Bangunan Bagi dan
Sadap balok bagian hulu. Juga, besarnya airasi dalam kantong udara di bawah
pancaran, dan tenggelamnya pancaran sangat mempengaruhi debit pada skot balok.
Karena kecepatan datang yang menuju ke pelimpah skot balok biasanya rendah,
h1/(h1+ P1) < 0,35 kesalahan yang timbul akibat tidak memperhatikan harga
tinggi kecepatan rendah berkenaan dengan kesalahan dalam Cd Dengan menggunakan
persamaan 3.1. dikombinasi dengan Gambar 3.2. aliran pada skot balok dapat
diperkirakan dengan baik.
Jelaslah bahwa tinggi muka air hulu dapat diatur dengan cara
menempatkan/mengambil satu atau lebih skot balok. Pengaturan langkah demi langkah
ini dipengaruhi oleh tinggi sebuah skot balok. Seperti yang sudah disebutkan
dalam Gambar 3.1, ketinggian yang cocok untuk balok dalam bangunan saluran
irigasi adalah 0,20 m.
Seorang operator yang berpengalaman akan mengatur tinggi muka air di
antara papan balok 0,20 m dengan tetap membiarkan aliran sebagian di bahwa
balok atas.
b. Kelebihan-Kelebihan Yang Dimiliki Pintu
Skot Balok
Ø
Konstruksi ini sederhana dan kuat
Ø
Biaya pelaksanaanya kecil
c. Kelemahan-Kelemahan-Kelemahan Yang Dimiliki
Skot Balok
Ø
Pemasangan dan pemindhan balok memerlukan
sedikitnya dua orang yang banyak menghabiskan waktu.
Ø
Tinggi muka air bias diatur selangkah demi
selangkah saja, setiap langka sam dengan tinggi sebuah balok.
Ø
Ada kemungkinan dicuri orang.
Ø
Skot balok bias dioperasikan oleh orang yang
tidak berwenang.
Ø
Karakteristik tinggi debit liran pada balok
belum diketahui secara pasti.
1.4.
BANGUNAN
TERJUN
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan
permukaan tanah asli lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang di
izinkan.
Bangunan
semacam ini mempunyai 4 bagian fungsional, masing-masing memiliki sifat
perencanaan yang khas sebagai berikut :
1.
Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian dimana aliran
menjadi super kritis.
2.
Bagian dimana air di alirkan ke elevasi yang lebih
rendah.
3.
Bagian tepat disebelah hilir, yaitu tempat dimana
energi diredam.
4.
bagian peralihan saluran memerlukan perlindungan untuk
mencegah erosi.
1.5.BANGUNAN TERJUN TEGAK
Bangunan terjun tegak menj adi
lebih besar apabila ketinggiannya ditambah, juga kemampuan hidrolisnya dapat
berkurang akibat variasi ditempat jatuh
pancang di lantai kolam jika terjadi perubahan debit. Bangunan terjun
tegak sebaiknya tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi diatas bangunan melebihi
1.5 km. Peranan hidrolis bangunan dipengaruhi oleh besar-besaran.

Bangunan
Terjun Miring
Permukaan miring yang mengantar air ke dasar kolam olak
adalah praktek perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi jatuh melebihi 1,5
m. pada bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat securam mungkin
dan relative pendek. Jika peralihan ujung runcing dipakai di antara permukaan
pengontrol dan permukaan belakang (hilir), disarankan untuk tidak memakai
kemiringan yang lebih curam dari 1 : 2. Alasannya adalah untuk mencegah
pemisahan aliran pada sudut miring. Jika diperlukan aliran yang lebih curam,
sudut runcing harus diganti dengan kurva peralihan dengan jari-jari r=0,5 Hmax.
Harga-harga yu dan Hd, yang dapat digunakan untuk perencanaan kolam di belakng
potongan U mempunyai harga yang jauh lebih tinggi jika digunakan permukaan
hilir yang miring, dibandingkan apabila luapan jatuh bebas seperti pada
bangunan terjun tegak, energi diredam karena terjadinya benturan luapan dengan
lantai kolam dan karena pusaran turbulensi air didalam kolam di bawah terjadi
luapan. Dengan bangunan terjun miring, peredam energi menjadi jauh berkurang
akibat gesekan dan aliran turbulensi di atas permukaan yang miring.
Perencanaan hidrolis bangunan dipengaruhi
oleh besaran-besaran berikut :
H1 =
tinggi energi di muka ambang, m
∆H =
perubahan tinggi energi pada
bangunan, m
Hd =
tinggi energi hilir pada kolam
olak, m
q =
debit persatuan lebar ambang, m2/dt
g =
percepatan gravitasi, m/dt2
(9,8)
n =
tinggi mabang pada ujung tinggi
olak, m
y2 =
kedalaman air hilir, m
yu =
kedalaman dalam loncat air, m
Besaran – besaran ini dapat digabung untuk
membuat rumus perhitungan/dimensi bangunan terjun :
-
Tinggi
energi di muka ambang hulu :
H1
= h1 +
,

Di
mana: h1 = kedalaman air
di saluran hulu, m
V1 = kecepatan
aliran air di saluran hulu, m/dt
-
Perkiraan
aeal pada tinggi energi hilir pada kolam olak
Hd
= 1,67 . H1
-
Perkiraan
awal tinggi bangunan terjun
∆Z
= (∆H + Hd ) – H1
Syarat :
∆Z > 1,5 ( dipakai bangunan terjun miring)
∆Z < 1,5 (dipakai bangunan terjun tegak )
- Kecepatan aliran pada potongan U
dapat diperkirakan dengan rumus :

- Kedalaman air awal loncat air
Yu = q/vu
- Debit persatuan lebar
q = Q/b
- Aliran pada potongan U kemudian
dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan Froude tak berdimensi :
Fru
= 

- Geometri bangunan terjun tegak
dengan perbandingan panjang Yd/∆Z dapat dihitung dengan grafik hubungan dengan
bilangan Froude tersebut di atas.
- Panjang olakan dapat dihitung dengan
rumus berikut
L
= 2. yu. (
)

- Panjang kolam olakan total didapat
dengan menjumlah
LB = Lp + L
- Sehingga tinggi air di atas ambang
dapat diperkirakan dari rumus berikut :

- Elevasi dasar kolam olakan dapat
diperkirakan
Das = Elevasi hilir – Hd
- Tinggi ambang ujung
n = Elevasi hilir – y2 – Das
-
Kedalaman
muka air hilir maksimum : y2 + n 1,1
. yd

Kolam Olak
Untuk merencanakan kolam olak di sebelah hilir bangunan
terjun tergantung pada energi air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan
Froude, dan pada bahan konstruksi kolam olak.
Berdasarkan bilangan Froude, dapat dibuat pengelompokan –
pengelompokan berikut dalam perencanaan kolam :
1)
Untuk
Fru ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah, bagian hilir harus
dilindungi dari bahaya erosi, saluran pasangan batu atau beton tidak memerlukan
lindungan khusus.
2)
Bila
1,7 < Fru ≤ 2,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara
efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik.
Untuk penurunan muka air Z 1,5 m dapat dipakai bangunan terjun tegak.
3)
Jika
2,5 < Fru ≤ 4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih
kolam olak yang tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh di saluran. Cara mengatasi adalah mengusahakan
agar kolam olak untuk bilangan Froude
ini mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang tinggi dengan blok halangnya
atau menambah intensitas pusaran dengan dengan pemasangan blok depan kolam.
Blok
ini harus berukuran besar ( USBR tipe IV ).
Tetapi
dalam prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan kolam olak jika 2,5
< Fru < 4,5. Sebaiknya geometri diubah untuk memperbesar atau memperkecil
bilangan Froude dan memakai kolam olak katergori lain.
4)
Kalau Fru ≥ 4,5 ini akan merupakan kolam yang
paling ekonomis, karana kola mini pendek. Tipe ini termasuk kolam USBR tipe III
yang dilemngkapi dengan blok depan dan blok haling. Kolam loncat air yang sama
dengan tangga di bagian ujungnya akan jauh lebih panjang dan mungkin harus
diguanakan dengan pasangan batu.
5)
Kolam
loncat air, panjang kolam loncat air di sebelah hilir potongan U, biasanya
kurang dari panjang loncatan tersebut karena adanya ambang ujung ( endisi II).
Ambang yang berfungsi untuk memantapkan aliran ini umumnya di tempatkan pada
jarak :
Lj
= 5 (n + y2)
Di mana :
Lj =
panjang kolam, m
n =
tinggi ambang ujung, m
y2 =
kedalaman air di atas ambang, m
Di belakang potongan u, tinggi yang diperlukan ambang ujung
ini sebagai fungsi bilangan Froude (Fru), kedalaman air yang masuk yu, dan
tinggi muka air hilir, dapat ditentukan dari gambar hubungan percobaan antara
Fru, y2/yu dan n/yu untuk ambang ujung.
Kecepatan awal loncatan (V1) dapat
ditemukan dari :
V1
= 

Di mana :
V1 =
kecepatan awal loncatan, m/dt
g =
percepatan gravitasi, m/dt2
(9,8)
H1 =
tinggi energi di atas ambang, m
z =
tinggi jatuh, m
dengan
q =
V1.y1, dan rumus untuk kedalaman
konjugasi dalam loncat air adalah :

Di mana :
y2 =
kedalaman air diatas ambang unjung,
m
yu =
kedalaman air di awal loncat air, m
Fru =
bilangan Froude
V1 =
kecepatan awal loncat air
g =
percepatan gravitasi, m/dt2
(9,8)
























Best US Casino 2021 - Coin Casino | Top Games
BalasHapusThe best US online งานออนไลน์ casinos for US players. Check our list of the top US gambling sites to play real money games online. Learn how 인카지노 to win real money 메리트 카지노